Selasa, 08 November 2011

Fungsi Kalsium (Ca) dalam tubuh


Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Mineral yang tergolong ke dalam mineral makro yaitu natrium (Na), klorida (Cl), kalium (K), kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Mineral yang tergolong ke dalam mineral mikro yaitu besi (Fe), seng (Zn), iodium (I), dan selenium (Se) (Almatsier 2004).
Sumber paling baik mineral adalah makanan hewani, kecuali magnesium yang lebih banyak terdapat di dalam pangan nabati. Hewan memperoleh mineral dari tumbuh-tumbuhan dan menumpukkan di dalam jaringan tubuhnya. Selain itu, mineral yang berasal dari pangan hewani mempunyai ketersediaan biologik lebih tinggi dari pada yang berasal dari pangan nabati.
Fungsi Mineral Kalsium di dalam Tubuh
            Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg. Sebanyak 99% berada di dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi. Kalsium tulang berada dalam keadaan seimbang dengan kalsium plasma pada konsentrasi kurang lebih 2,25-2,60 mmol/l (9-10,4 mg/ 100 ml).
            Kalsium mempunyai berbagai fungsi di dalam tubuh yaitu untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, dan menjaga permeabilitas membran sel. Selain itu, kalsium juga mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan (Almatsier 2004).
Metabolisme Kalsium dalam Tubuh
            Pada keadaan normal sebanyak 30-50% kalsium yang dikonsumsi diabsorpsi tubuh. Kemampuan absorpsi lebih tinggi pada masa pertumbuhan, dan menurun pada proses menua, Kemmapuan absopsi pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan pada semua golongan usia. Absopsi kalsium terutama terjadi di bagian atas usus halus yaitu duodenum. Kalsium membutuhkan pH 6 agar dapat berada dalam keadaan terlarut. Absopsi kalsium terutama dilakukan secara aktif dengan menggunakan alat angkut protein pengikat kalsium. Absopsi pasif terjadi pada permukaan saluran cerna.
Banyak faktor mempengaruhi absorpsi kalsium. Kalsium hanya bisa diabsorpsi bila terdapat dalam bentuk larut air dan tidak mengendap karena unsur makanan lain seperti oksalat. Kalsium yang tidak diabsopsi dikeluarkan melalui feses. Jumlah kalsium yang diekskresi melalui urin mencerminkan jumlah kalsium yang diabsopsi. Kehilangan kalsium melalui urin meningkat pada asidosis dan pada konsumsi fosfor tinggi. Kehilangan kalsium juga terjadi melalui sekresi cairan yang masuk ke dalam saluran cerna dan keringat (Almatsier 2004).
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Kalsium (Ca)
            Semakin tingginya kebutuhan dan semakin rendah persediaan kalsium di dalam tubuh maka semakin efisien absorpsi kalsium. Peningkatan kebutuhan terjadi pada pertumbuhan, kehamilan, menyusui, defisiensi kalsium, dan tingkat aktivitas fisik yang meningkatkan densitas tulang. Jumlah kalsium yang dikonsumsi mempengaruhi absorpsi kalsium. Penyerapan akan meningkat bila kalsium yang dikonsumsi menurun.
            Vitamin D dalam bentuk aktif 1,25 (OH)D3 merangsang absorpsi kalsium. Vitamin D meningkatkan absorpsi pada mukosa usus denagn cara merangsang produksi protein-protein kalsium. Absorpsi kalsium yang paling baik terjadi dalam keadaan asam. Asam klorida yang dikeluarkan lambung membantu absorpsi dengan cara menurunkan pH di bagian atas duodenum. Selain itu aktivitas fisik berpengaruh baik terhadap absorpsi kalsium. Laktosa meningkatkan absorpsi bila tersedia cukup enzim laktase. Lemak meningkatkan waktu transit makanan melalui saluran cerna sehingga memberi waktu lebih banyak untuk absorpsi kalsuim.
            Selain itu juga terdapat faktor-faktor yang menghambat absorpsi kalsium antara lain defisiensi vitamin D, asam oksalat yang terdapat dalam bayam, sayuran lain, dan kakao membentuk garam kalsium oksalat yang tidak larut. Asam fitat, ikatan yang mengandung fosfor yang terutama terdapat di dalam sekam serealia, membentuk kalsium fosfat yang juga tidak dapat larut sehingga tidak dapat diabsorpsi. Serat juga da[pat menurunkan absorpsi kalsium karena menurunkan waktu transit makanan dalam saluran cerna sehingga mengurangi kesempatan untuk absorpsi (Almatsier 2004).
Akibat Kekurangan dan Kelebihan Kalsium (Ca)
Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, tulang kurang kuat, mudah bengkok, dan rapuh. Semua orang dewasa terutama sesudah usia 50 tahun, kehilangan kalsium dari tulangnya sehingga tulang mudah patah. Hal ini dinamakan osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stres sehari-hari. Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki. Selain itu kekurangan kalsium dapat pula menyebabkan osteomalasia yang biasanya terjadi karena kekuramgan vitamin D dan ketidakseimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor.  
Kadar kalsium darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsanagn meningkat sehingga terjadi kejang otot.
Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500mg sehari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Selain itu dapat meneyababkan konstipasi atau susah buang air besar. Kelebihan kalsium bisa terjadi bila menggunakan suplemen kalsium berupa tablet atau bentuk lain (Almatsier 2004).
Angka Kecukupan Kalsium yang Dianjurkan
            Angka kecukupan rata-rata sehari untuk kalsium bagi orang Indonesia ditetapkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI (1998) sebagai berikut:
·         Bayi                                         : 300-400 mg
·         Anak-anak                              : 500 mg
·         Remaja                                   : 600-700 mg
·         Dewasa                                   : 500-800 mg
·         Ibu hamil dan menyususi        : +400mg


sumber: Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

1 komentar: