Selasa, 08 November 2011

Fungsi mineral Besi (Fe) dalam tubuh


            Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh antara lain sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Selain itu, besi juga berperan dalam metabolisme energi, peningkatan kemampuan belajar, dan sistem kekebalan tubuh.
Metabolisme Besi (Fe) di dalam Tubuh
            Tubuh sangat efisien dalam pengunaan besi. Sebelum diabsorpsi, di dalam lambung besi dibebaskan dari ikatan organik seperti protein. Sebagian besar besi dalam bentuk feri direduksi menjadi bentuk fero. Hal ini terjasi dalam suasana asam di dalam lambung dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat di dalam makanan.
            Absorpsi terutama terjadi di bagian atas usus halus (duodenum) dengan bantuan alat angkut protein khusus. Ada dua jenis alat angkut protein di dalam sel mukosa usus halus yang memebantu penyerapan besi, yaitu transferin dan feritin. Transferin mukosa mengangkut besi dari saluran cerna ke dalam sel mukosa dan memindahkannya ke transferin reseptor yang ada di dalam sel mukosa. Transferin mukosa kemudian kembali ke rongga saluran cerna untuk mengikat besi lain sedangkan transferin reseptor mengangkut besi melalui darah ke semua jaringan tubuh.
            Feritin merupakan bentuk simpanan besi akibat kelebihan besi di dalam tubuh. Feritin yag bersirkulasi di dalam darah mencerminkan simpanan besi di dalam tubuh. Pengukuran feritin di dalam serum merupakan indikator penting untuk menilai status besi.
            Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi hem seperti terdapat dalam hemoglobin dan mioglobin makanan hewani dan besi nonhem dalam makanan nabati. Besi hem diabsorpsi ke dalam sel mukosa sebgai kompleks porfirin tubuh. Cincin porfirin di dalam sel mukosa kemudian dipecah oleh enzim khusus dan besi dibebaskan. Bebeda dengan besi nonhem, supaya dapat diabbsorpsi, besi nonhem di dalam usus halus harus berada dalam bentuk terlarut. Besi nonhem diisolasi oleh asam lambung, direduksi menjadi bentuk fero dan dilarutkan dalam cairan pelarut seperti asam askorbat, gula, dan asam amino yang mengandung sulfur. Pada suasana asam dengan pH 7 di dalam duodenum, sebagian besar besi dalam bentuk feri akan mengendap kecuali dalam keadaan terlarut yaitu besi dalam bentuk fero yang larut pada pH 7, oleh karena itu dapat diabsorpsi (Almatsier 2004).
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Besi (Fe)
            Bentuk besi di dalam makan berpengatuh terhadap peyerapan besi. Besi hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang berasal dari pangan hewani dapat diserap dua kali lipat dari pada besi non-hem. Faktor lain yaitu asam organik seperti vitamin C sangat membantu penyerapan besi non-hem dengan mengubah bentuk feri menjadi bentuk fero. Vitamin C disamping itu dapat membentuk gugus besi-askorbat yang tetap larut pada pH lebih tinggi dalam duodenum, sehingga dapt dikatakan bahwa tingkat keasaman lambung meningkatkan daya larut besi. Selain itu, kebutuhan tubuh kana besi berpengaruh terhadap absorpsi besi. Apabila tubuh kekurangan beis atau kebutuhan meningkat pada masa pertumbuhan, absorpsi besi non-hem dapat meningkat sampai sepuluh kali sedangkan besi hem dua kali.
            Asam fitat dan faktor lain dalam serealia dan asam oksalat di dalam sayuran menghambat penyerapan besi. Faktor-faktor ini mengikat besi sehingga mempersulit penyerapannya. Prorein kedelai menurunkan absorpsi besi yang mungkin disebabkan oleh nilai fitatnya yang tinggi. Selain itu, tanin yang merupakan polifenol yang terdapat pada teh, kopi, dan beberapa jeis sayuran dan buah, kalsium dosis tinggi berupa suplemen, dan kekurangan asam klorida di dalam lambung atau penggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid menghalangi dapat menghambat absorpsi besi (Almatsier 2004).
Akibat Kekurangan dan Kelebihan Besi (Fe)
            Defisiensi besi terutama menyerang golongan rentan seperti anak-anak, remaja, ibu hamil dan menyusui serta pekerja berpenghasilan rendah. Defisiensi besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh, dan gangguan penyembuhan luka. Selain itu, menurunnya kemampuan mengatur suhu tubuh. Defisiensi besi pada anak-anak menimbulkan apatis, mudah tersinggung, menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi dan belajar.
            Kelebihan besi juga berdampak buruk bagi tubuh. Akan tetapi kelebihan besi jarang terjadi karena makanan, melainkan disebabkan oleh suplemen besi. Gejalanya adalah rasa nek, muntah, denyut jantung meningkat, sakit kepala, mengigau, dan pingsan.
Angka Kecukupan Besi (Fe) yang Dianjurkan
Widyakarya Pangan dan Gizi tahun 1998 menetapkan angka kecukupan besi untuk Indonesia sebagai berikut:
Bayi                             : 3-5 mg
Balita                           : 8-9 mg
Anak sekolah              : 10 mg
Remaja laki-laki          : 14-17 mg
Remaja perempuan    : 14-25 mg
Dewasa laki-laki          : 13 mg
Dewasa perempuan   : 14-26 mg
Ibu hamil                     : + 20 mg
Ibu menyusui              : +2 mg

sumber :
Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar